Touna (t-media.id) – Beragam narasi muncul dalam ajakan berunjuk rasa bubarkan DPR di media sosial. Adakah jejak para pendengung dalam unjuk rasa itu? Lalu, apa pula tujuannya?
Demonstrasi pada 28 Agustus 2025 merupakan puncak dari ketidakpercayaan rakyat kepada DPR. Ajakan unjuk rasa menuntut pembubaran DPR yang beredar di media sosial bangkitkan kesadaran segenap elemen masyarakat, tak terkecuali pelajar dan mahasiswa, untuk turun ke jalan.
Sentimen protes terhadap DPR itu juga muncul seiring dengan adanya pemberitaan media massa terkait pemberian tunjangan perumahan bagi anggota DPR. Tunjangan itu diberikan karena sejak Oktober 2024, anggota DPR 2024-2029 tidak lagi mendapat fasilitas rumah jabatan. Sebagai gantinya, negara mengalokasikan tunjangan perumahan Rp 50 juta per bulan.
Belum berhenti sampai disitu, pasca-tewasnya Affan Kurniawan, pengemudi ojek online yang dilindas rantis Brimob, narasi protes semakin memanas di ranah digital memicu gelombang aksi massa terus bergejolak disejumlah daerah tak terkecuali Aksi yang digelar Aliansi Mahasiswa dan Masyarakat Tojo Una-Una, didepan Mapolres dan kantor DPRD Tojo Una-Una, Senin (01/09/2025).
Aksi Aliansi mahasiswa dan rakyat Tojo Una-Una adalah bentuk protes menolak tunjangan DPR, mendesak DPR RI mengesahkan UU perampasan aset, Mendesak untuk mengevaluasi makan gizi gratis, hingga mendesak adili pembunuh Affan Kurniawan, negara wajib menanggung hidup keluarganya, desakan lengserkan Kapolri jika gagal melindungi rakyat.
Massa aksi juga menutut tuntaskan persoalan status perkara yang berujung penyegelan SDN 14 Ratolindo yang hingga kini belum terselesaikan, mendesak Pemda mengusut tuntas fasilitas daerah yang makrak, mendesak DPRD Tojo Una-Una untuk membuat perda tentang pencegahan perkawinan anak di bawah umur.
Didepan Mapolres Touna kumandang tuntutan aksi massa menggema dan derasnya curah hujan justru tidak menyurutkan nyali dua punggawa daerah untuk berusaha berada diantara kerumunan aksi massa. Sosok dua pemimpin, Bupati Tojo Una-Una ILHAM, S.H bersama Ketua DPRD Tojo Una-Una Gusnar A. Suleman, S.E., M.M., bergegas menjemput rombongan aksi, hingga meboyong massa aksi ke halaman kantor DPRD Tojo Una-Una usai menyapaikan tuntutan desakan pencopotan kapolri.
Sekalipun massa aksi sempat membakar ban bekas di halaman depan kantor DPRD Touna, tanpa ada gerakan potensi rusuh, pasalnya Ketua DPRD dan sejumlah anggota DPRD lainnya sambut baik kehadiran Massa aksi.
Kehadiran Bupati ILHAM, S.H., ditengah massa aksi juga punya alasan tersendiri, selain dari memastikan aksi tuntutan warganya berjalan kondusif, dia juga mengaku lahir dari aspirasi warga sehingga menjabat Bupati.
“Sebenarnya saya berada bersama ditengah-tengah ade-ade semuanya, sama menyampaiakn aspirasi, sebab ade-ade pilih saya juga berangkat dari aspirasi, jadi yang menjadi aspirasi ade-ade juga bagian dari apa yang menjadi keinginan pemerintah ini” Ungkapnya
Bupati Ilham yang juga alumni demonstran ini berharap kehadirannya ditengah massa aksi akan menjawab keberpihakan pemerintah daerah terhadap apa yang menjadi keinginan warganya untuk membangun Kabupten Tojo Una-Una ini tampa konflik apapun yang merugikan semua pihak termasuk pengrusakan fasilitas umum. Tandasnya
Kesederhanaan atau simplicity seorang pemimpin merupakan faktor penting agar menjadi model dan contoh perilaku keseharian yang ditunjukkannya. Kesederhanaan dalam kepemimpinan merupakan hal utama yang mampu memberikan motivasi kepada orang-orang-orang yang dipimpinnya, hal inilah ditunjukan usai aksi, tampak Bupati Ilham dan Ketua DPRD Touna makan nasi bungkus bersama dengan massa aksi.